Ultah, Google, FB & Twitter Beri Ucapan Ke Ki Hadjar Dewantara

Ultah Pahlawan Nasional Ki Hadjar Dewantara Diperingati Google

Rickyandreyanz.com, Jakarta - Sabtu, 2 Mei 2015, ada yang spesial bagi masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kita yang terbiasa dengan perusahaan raksasa mesin pencari Google, kenapa? Karena, Halaman muka Google Indonesia (google.co.id) hari ini memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara. Hari lahirnya tanggal 2 Mei juga diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) RI. Ucapan selamat Hari Pendidikan Nasional pun membanjiri situs FB dan Twitter.

Di halaman Google hari ini menurunkan doodle dengan gambar Ki Hadjar Dewantara sebagai pengganti huruf 'O" di logonya. Ki Hadjar Dewantara pada doodle itu tampak memegang sebuah buku yang terbuka. Sampul buku yang dibuka berwarna kuning sebagaimana warna huruf "O" yang biasanya melekat di logo Google yang berwarna warni itu.

Jika mengklik logo tersebut, maka kita akan diarahkan ke pencarian google "Ki Hadjar Dewantara" Bapak Pendidikan Nasional. Sementara di sosial media, ucapan Hardiknas terus menghiasi status pengguna. Pengguna FB dan Twitter berlomba menulis status Hardiknas. Tak sedikit yang merasa dan berpikir masih miris dengan perkembangan pendidikan yang tidak merata di dalam negeri.

Biography Ki Hadjar Dewantara

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun[1]; selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998.[2]

Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959)

Masa muda dan awal karier

Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.

Aktivitas pergerakan
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.

Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika kemudian DD mendirikan Indische Partij, Soewardi diajaknya pula.

Als ik een Nederlander was

Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi. Ia kemudian menulis "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga". Namun kolom KHD yang paling terkenal adalah "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik een Nederlander was"), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, 13 Juli 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".
Beberapa pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Soewardi sendiri karena gaya bahasanya yang berbeda dari tulisan-tulisannya sebelum ini. Kalaupun benar ia yang menulis, mereka menganggap DD berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis dengan gaya demikian.

Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, DD dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai". Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.

Dalam pengasingan

Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia).


Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.

Taman Siswa

Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.


Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.

Pengabdian pada masa Indonesia merdeka

Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959).


Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959 dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata.

Slogan

"Tut wuri handayani" merupakan salah satu semboyan pendidikan hasil ciptaanya. Kalimat ini pun dijadikan slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Ki Hadjar Dewantara dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959.

rickyandreyanz.com,www.pemborongproyek.com,ki hadjar dewantara,ki hadjar dewantoro,profile ki hadjar dewatara,hari pendidikan nasional, google doodle hari pendidikan nasional.google doodle ki hadjar dewatara,2 mei 2015 hari apa,daftar pahlawan nasional,pahlawan nasionan hari pendidikan nasionan,siapa ki hadjar dewatara,tempat lahir ki hadjar dewantara,biography ki hardjar dewantara,biographi ki hadjar dewatoro,ki hadjar dewantara wikipediaKi Hadjar DewantaraMenteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia ke-1
Masa jabatan : 2 September 1945 – 14 November 1945
Presiden : Ir. Soekarno
Digantikan oleh : Todung Sutan Gunung Mulia

Informasi pribadiLahir 2 Mei 1889, Yogyakarta, masa Hindia Belanda
Meninggal 26 April 1959 (umur 69), Yogyakarta, Indonesia
Agam : Islam





Dan berikut adalah Goodle dodge dari google.co.id untuk Hari Pendidikan Nasional Indonesia.

rickyandreyanz.com,www.pemborongproyek.com,ki hadjar dewantara,ki hadjar dewantoro,profile ki hadjar dewatara,hari pendidikan nasional, google doodle hari pendidikan nasional.google doodle ki hadjar dewatara,2 mei 2015 hari apa,daftar pahlawan nasional,pahlawan nasionan hari pendidikan nasionan,siapa ki hadjar dewatara,tempat lahir ki hadjar dewantara,biography ki hardjar dewantara,biographi ki hadjar dewatoro,ki hadjar dewantara wikipedia


"Selamat Hari Pendidikan Nasional. Semoga pemerintah membuka mata dan hati untuk memberikan hak pendidikan layak untuk semua warga Indonesia,"

search terms: ki hadjar dewantara,ki hadjar dewantoro,profile ki hadjar dewatara,hari pendidikan nasional, google doodle hari pendidikan nasional.google doodle ki hadjar dewatara,2 mei 2015 hari apa,daftar pahlawan nasional,pahlawan nasionan hari pendidikan nasionan,siapa ki hadjar dewatara,tempat lahir ki hadjar dewantara,biography ki hardjar dewantara,biographi ki hadjar dewatoro,ki hadjar dewantara wikipedia,rickyandreyanz.com,www.pemborongproyek.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel